Senin, 13 Januari 2014

Mencari Pemimpin Seperti Nabi Muhammad

Oleh : Dr. H. Ahmad Izzuddin, M.Ag
(Kasubdit Binsyar dan Hisab Rukyat Kemenag RI dan Pengasuh Pesantren Mahasiswa Daarun Najaah Semarang)

Berdasarkan catatan sejarah versi manapun telah terungkap bahwa kelahiran (nabi) Muhammad-lah yang membawa perubahan besar bagi sejarah peradaban dunia (yahdi minadldlulumat ilannur). Raymond Lerouge dalam Lavie De Mohomet, mengakui bahwa Muhammad adalah promotor Revolusi Sosial dan Revolusi Internasional yang membawa nilai-nilai keadilan dan nilai-nilai persaudaraan. Thomas Carlyle dalam On Heroes, Hero, Worship and the Heros in History, mengakui bahwa Muhammad sebagai pahlawan sejarah nilai-nilai kemanusiaan (humanis). Bahkan Annie Besant dalam The Life and Teachings of Muhammad, meyakini bahwa Muhammad adalah salah seorang nabi terbesar dari sang Pencipta.

Karena itu, pada Maulud Nabi Muhammad sekarang ini, sebagai umat Muhammad, kiranya tidak berlebihan ketika menguak kesejarahan Muhammad dan perjuangannya. Apalagi sekarang ini memasuki tahun politik nasional kita untuk memilih Wakil Rakyat (DPRD – DPR - DPD) dan memilih Presiden – Wakil Presiden, sehingga kiranya sangat besar manfaatnya sebagai bahan rakyat untuk menentukan pilihannya dalam pemilihan nantinya.

Sosok Muhammad

Semenjak lahir Muhammad sudah mengalami sebuah akumulasi keprihatinan sebagai awal perjuangannya baik lahir maupun bathin. Akumulasi keprihatinan tersebut nampak dari kondisi Arab yang memang benar-benar jahiliyyah yang jauh dari nilai-nilai kemanusiaan (humanitas). Di samping adanya cobaan-cobaan bertubi-tubi yang menimpa Muhammad yang dirasakan semenjak kelahirannya.

Namun dengan bekal akhlakul karimah (moral philosophy of life) yang menjadi konsideran pengangkatan kenabiannya (baca surat al-Qalam:4) dan kesabaran (patience and tolerance) serta dengan bekal nilai-nilai ideal semacam kejujuran dan keadilan yang mengintegritas pada kepribadian Muhammad yang mendapat julukan “Al-Amin”, Muhammad sebagai pemimpin umat (pada waktu itu) terbukti berhasil melakukan reformasi social moralitas masyarakatnya yang sudah berada diambang kehancuran.

Melalui pergumulan panjang dan perjuangan keras yang terencana dan sistematis dengan berdasarkan pilihan strategi yang humanis, Muhammad berhasil memulai membentuk masyakarat social ( social framework ) yang reformis. Peristiwa ini bermula ketika Muhammad melakukan perjalanan hijrah bersama Abu Bakar dari Makah yang tidak langsung masuk kota Madinah, namun berhenti sejenak di Quba dan mendirikan masjid. Di saat inilah Muhammad menyatukan golongan Anshar dan Muhajirrin, yang merupakan embrio kemunculan bentuk masyarakat madani. Kemudian sesampai di Madinah, social framework yang reformis tersebut dikembangluaskan dengan langkah awal membangun masjid yang sekarang disebut masjid Nabawi, Muhammad membentuk umat baru di kota Madinah yakni sebuah komunitas dalam wujud masyarakat egaliter yang berpegang pada ajaran akhlakul karimah (moral philosophy of life) dalam masyarakat muslim yang terbuka, masyarakat madani yang memandang jauh ke alam universal, alam yang melahirkan persaudaraan umat manusia atas dasar persamaan dan kesederajatan yang telah menjadi dasar ajaran tauhid dan kemanusiaan (humanitas).

Pada bagian yang lain, dalam menyikapi golongan yang berbeda keyakinan termasuk golongan Yahudi, dibuat perjanjian tersendiri sebagai sesama manusia (ukhuwah basariyyah) yang dikenal dengan “Piagam Madinah” ( Mitsaqul Madinah ). Inilah yang dikenal dengan format masyarakat Madani. Meminjam istilah W. Montgomery Waat, keberhasilan Muhammad mendirikan komunitas di Madinah sebenarnya merupakan peletakan dasar-dasar “Negara Modern” yang sekarang ini digembar-gemborkan sebagai realitas masyarakat yang paling demokratis.

Di antara bukti reformasi social yang Muhammad lakukan adalah Muhammad menikahkan Zaid (bekas budak yang dijadikan anak angkatnya) dengan Zainab (perempuan Quraisy yang masih anggota keluarganya sendiri) dalam sebuah ikatan perkawinan yang sama sekali baru. Ini sebuah reformasi social yang benar-benar mencungkirbalikkan tradisi aristokrasi (kebangsawanan) yang telah berjalan berabad-abad, dan mampu menggoyahkan apa yang disebut gengsi dan harga diri kekabilahan yang sepanjang perjalanan sejarah masyarakat Quraisy bahkan sepanjang sejarah umat manusia pada waktu itu, belum pernah terjadi.

Mencari Pemimpin Seperti Nabi Muhammad

Memang Muhammad adalah sosok yang ideal menjadi suri tauladan – panutan dalam berperilaku ( uswah hasanah ). Karena memang pada diri Muhammad terdapat sifat-sifat ideal yang seharusnya dimiliki oleh kita sebagai khalifah fi al-ardi. Sebagaimana dalam kitab “Min Akhlaq al-Rasul” , Abdul Muhsin bin Hamid al-Ubbad menyebutkan paling tidak ada enam sifat utama yang membawa keberhasilan Muhammad. Keenam sifat itu adalah sifat rahmah – rifqun syafaqah (kasih sayang dan santun), tawadhu (rendah hati), jud (murah hati), afwan – hilm (pemaaf - lapang dada), nashihah (memberi nasehat) dan qawi – syaja’ah (tegas – berani).

Di samping itu kepemimpinan Muhammad juga didasari pada empat sifat kenabian. Pertama adalah ash-shidqu - kejujuran. Dalam memimpin Muhammad dengan mengedepankan kejujuran, menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan. Kedua adalah al-amanah – dapat dipercaya. Dengan al-amanah inilah Muhammad terbukti dapat menaruh kepercayaan perdamaian dalam “Piagam Madinah” termasuk dengan kaum Nasrani waktu itu. Ketiga adalah al-fathonah - kadar intelegensi yang tinggi – kecerdasan terutama sebagai visioner. Keempat adalah al-tabligh – menyampaikan secara jujur dengan menjunjung tinggi keadilan dan kebenaran, walaupun dalam hal yang pahit sekalipun baginya (Qul al-haqqa walau kana murran). Salah satu bukti perilaku Muhammad dalam menegakkan keadilan adalah sebagaimana tercermin dalam hadisnya : “Seandainya anakku Fatimah mencuri, maka aku sendiri yang akan memotong tangannya”.

Jika ditelusuri, sifat-sfiat tersebut menurut pakar ledearship, dapat diringkas dalam tiga criteria yang harus dimiliki oleh pemimpin yang ideal. Pertama, mempunyai integritas yang tinggi yang menyangkut kejujuran (ash-shidqu), keberanian bersikap (asy-syuja’ah) dan hidup sederhana. Kedua, mempunyai kapabilitas yang mnyangkut kecerdasan (al-fathanah), wawasan yang luas dan mampu melimpahkan wewenang secara baik. Kemudian ketiga, mempunyai akseptabilitas (dukungan massa) yang berarti menyangkut bobot amanat dan kepercayaan masyarakat.

Oleh karena itu bagi bangsa kita Indonesia yang sudah cukup lama berupaya untuk me”reformasi social diri” namun masih mengalami anomi, kiranya sangat membutuhkan pemimpin yang benar-benar meneladani kepemimpinan Muhammad sebagai tokoh Reformasi Sejati, kiranya insya Allah tidak sulit bagi kita bangsa Indonesia untuk segera keluar dari lilitan krisis multideminsional yang sekarang ini masih menimpa bangsa kita untuk menuju negara yang ber”masyarakat madani” ( al-mujtama al-madani – civil society ). Semoga nanti wakil rakyat ( DPRD – DPR – DPD) dan Presiden dan wakil Presiden yang terpilih benar-benar bisa seperti Muhammad, amin. Wallahu a’lam bishshawab.
Sumber : Kemenag

Demikian artikel mengenai Mencari Pemimpin Seperti Nabi Muhammad, semoga bermanfaat (Abdi Madrasah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar