Sahabat Abdima,
Membaca salah satu pesan Dirjen Pendis Pada Rapat Koordinasi Teknis Bidang Pendidikan Madrasah pada beberapa waktu yang lalu yakni tentang Diversifikasi Madrasah, ada ketertarikan kami terhadap dua kata ini sehingga mengundang keinginan bagi kami untuk tahu lebih jauh mengenai apa itu Diverifikasi Madrasah termasuk penting dan tidaknya dua kata ini.
Dari penelusuran kami lakukan maka bertemulah dengan artikel yang ditulis langsung oleh Bapak Nur Kholis Setiawan, Direktur Pendidikan Madrasah Direktorat Pendidikan Islam Kemenag RI yang dimuat pada situs resmi Dirjen Pendis. Bapak Nur Kholis Setiawan memandang Diversifikasi Madrasah bukanlah sebuah istilah yang mengada-ada atau latah belaka. Istilah ini muncul dari kondisi riil dan juga analisis SWOT (Strenght, Weekness, Opportunity and Treath) terhadap madrasah di Indonesia.
Jika melihat pada data statistik, kita memiliki total 72.726 lembaga madrasah. Dari jumlah total tersebut, hanya 9 persen yang dikelola oleh pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama, sedangkan 91 persen dikelola oleh masyarakat (yayasan). Sehingga dari sisi faktual historis sosialogis, madrasah adalah community based-institusion, institusi berbasis masyarakat.
Fakta mayoritas 91 persen madrasah yang dikelola masyarakat, yang masyarakat ini senantiasa berkembang dan dinamis, maka tentu kebijakan-kebijakan yang dimiliki atau yag dikeluarkan ditpenma sebagai payung pengelola dan pembinaan madrasah, mesti juga berbasis dari analisis dimanika yang terjadi di tengah-tengah masyakarat.
Mengapa diversifikasi penting? Karena kita ingin mendorong tumbuh dan kembangnya kontastasi (pertarungan) madrasah dalam hal yang positif dan yang sehat. Kontastasi adalah persaingan yang sehat, karena hidup itu sejatinya adalah kontastasi. Ketika kita mengedepankan diversifikasi dengan melihat madrasah yang banyak, yang beragam dan yang memiliki beragam potensi, lalu kita dorong keanekagaraman tersebut melalui skema-skema program seperti bantuan, maka kita berharap ada icon-icon tertentu yang muncul dari madrasah.
Ada madrasah yang potensi ekonominya kuat, dengan koperasi, BMT, agribisnis atau yang lainnya. Ada juga madrasah yang memiliki keunggulan sistem hapalan. Ada madrasah yang sangat istiqomah untuk menjaga khasanah turas. Ada madrasah yang menghapal Nadham Alfiyah Ibnu Malik. atau mungkin ada pesantren yang masih menggunakan sistem sorogan kitab, di mana kitab dipelajari secara detail, tentu ini bisa menjadi basis produk kader ulama ke depan. Madrasah-madrasah yang semacam ini bisa menjadi model bagi madrasah lain. Kalau madrasah masih teguh dan mempertahankan pola seperti ini, karena ada basic knowledge yang mereka pertahankan, itu menjadi bagus dan menjadi bagian dari diversifikasi madrasah.
Saya sering membaca hasil riset bahwa anak-anak yang biasa dilatih menghapal, ternyata hapalan tersebut berdampak pada sisi otak kiri, yakni kreativitas. Wisudawan-wisudawan terbaik di UIN Malang yang jurusannya Biologi, Matematika dan Fisika, justru ternyata hapal al-Qur’an. Ini menjadi satu bukti bahwa ketika memorizing dilatih, maka kecerdasan lainnya akan mengikuti. Jika dikaitkan dengan pemahaman, pemahaman merupakan the second step dari transfer knowledge setelah menghapal. Ketika saya membaca literatur non-Arab yang berjudul Wahrheit und Methode yang ditulis oleh Hans-Goerg Gadamer bahwa pengatahuan seseorang sangat dipengaruhi pengetahuan sebelumnya. Kalau seseorng sudah membaca novel karya Ahmad Tohari sebelumnya seperti Lintang Kemuskus, Ronggeng Dukuh Paruh, lalu dia baca lagi novel terbarunya, maka ia akan dengan mudah mengetahui alurnya atau plot ceritanya, karena ada timbunan pengetahuan sebelumnya.
Pada tahun ini, Ditpenma memberikan apresiasi pendidikan Islam dengan tema Menyemai Diversifikasi Madrasah Par Excellence. Ada beberapa kategori madrasah yang diapresiasi. Kategori-kategori tersebut dibuat berdasarkan keunggulan-keunggulan yang ada di madrasah, yakni Madrasah Riset, Madrasah Kewirausahaan, Madrasah Vokasional, Madrasah Kegamaan dan Perpustakaan Madrasah Inspiratif.
Ditpenma terus mendorong agar madrasah-masdarah mendapat penghargaan dari Menteri Agama. Kalau di setiap titik model-model pengembangan ini bisa dilakukan secara berkesinambungan, maka madrasah akan jauh lebih baik dari sekolah biasa. Meskipun pada awalnya madrasah agak dipandang sebelah mata, namun pola diversifikasi akan menjadi pintu masuk bagi pengembangan madrasah.
Sumber : Dirjen Pendis
Demikian info mengenai Mencoba Memahami Pentingnya Diversifikasi Madrasah, semoga dapat sedikit membantu dalam memahami apa sebenarnya Diverifikasi Madrasah itu dan semoga ada manfaatnya._Abdi Madrasah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar