Sedekah, begitu mendengar namanya, orang sudah kenal keutamaannya. Kata sedekah berasal dari As-Shidq, artinya jujur. Seorang muslim yang bersedekah berarti dia membuktikan kejujurannya dalam beragama. Betapa tidak, harta yang merupakan sebagian yang dia cintai dalam hidupnya, harus dia berikan dan relakan ke pihak lain. Karena itulah, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebut sedekah sebagai ‘burhan’ (bukti). Dalam hadist dari Abu Malik Al-Asy’ari, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Shalat adalah cahaya, sedekah merupakan bukti, sabar itu sinar panas, sementara Al-Quran bisa menjadi pembelamu atau sebaliknya, menjadi penuntutmu.” (HR. Muslim)
Banyak sekali hadist yang menyebutkan tentang keutamaan bersedekah, tapi taukah anda bahwa nilai dari bersedekah itu bertingkat-tingkat sesuai keadaan ketika bersedekah. Berikut beberapa keadaan yang menyebabkan sedekah kita nilainya lebih utama dari pada sedekah normal.
Pertama, sedekah secara rahasia
Allah berfirman (yang artinya), “Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu..” (QS. Al-Baqarah: 271).
Kedua, sedekah ketika masih sehat, masih kuat, dan masih punya harapan hidup lebih lama
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa ada seseorang yang bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sedekah seperti apakah yang paling besar pahalanya?” beliau menjawab, “Engkau bersedekah ketika kamu masih sehat, rakus dengan dunia, takut miskim, dan bercita-cita jadi orang kaya. Jangan tunda sedekah sampai ruh berada di tenggorokan, kemudian kamu mengatakan: ‘Untuk si A sekian, si B sekian, padahal sudah menjadi milik orang lain (melalui warisan).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Pada saat sehat, muda, umumnya manusia masih sangat butuh harta, dan cinta harta dan kekayaan. Bersedekah pada kondisi tersebut akan membutuhkan perjuangan yang lebih besar untuk melawan nafsunya, dibandingkan sedekah yang dilakukan oleh orang yang tidak lagi punya harapan banyak dengan kehidupan dunia karena sudah tua.
Ketiga, sedekah yang diberikan setelah menunaikan kewajiban nafkah keluarga
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik sedekah adalah harta sisa selain jatah nafkah keluarga. Mulailah dari orang yang wajib kamu nafkahi.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Keempat, sedekah pada saat krisis atau orang yang memiliki sedikit, namun dia berani bersedekah,
Hal ini menunjukkan keseriusan dia dalam beramal, disamping sikap istiqamah yang dia lakukan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Satu dirham bisa mengalahkan seratus ribu dirham.” Para sahabat bertanya, “Bagaimana bisa demikian?”. “Ada orang yang memiliki 2 dirham, kemudian dia sedekahkan satu dirham. Sementara itu ada orang yang memiliki banyak harta, kemudian dia mengambil seratus ribu dirham untuk sedekah.” (HR. An Nasa-i dan dinilai hasan oleh Al Albani).
Kelima, nafkah untuk keluarga
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seseorang yang memberikan nafkah kepada keluarganya dengan mengharap pahala dari Allah maka itu bernilai sedekah.” (HR. Bukhari dan Muslim) Bahkan nafkah keluarga yang diniatkan utk beribadah kepada Allah, nilainya lebih besar dibandingkan yang disumbangkan untuk orang miskin. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada 4 dinar: satu dinar kau berikan ke orang miskin, satu dinar kau sumbangkan untuk pembebasan budak, satu dinar untuk jihad fi sabililllah, dan satu dinar yang kau jadikan nafkah untuk keluarga, yang paling utama adalah satu dinar yang kau nafkahkan untuk keluarga.” (HR. Muslim)
Keenam, sedekah kepada kerabat
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sedekah kepada orang miskin nilainya hanya sedekah. Sedekah kepada kerabat nilainya dua: sedekah dan menyambung silaturrahim.” (HR. Ahmad, An Nasa-i, Turmudzi dan Ibnu Majah).
Demikian artikel mengenai Tingkatan Nilai yang utama dalam bersedekah, semoga ada manfaatnya (Abdi Madrasah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar